Pendidikan vs Penindasan



Oleh: dokter Leo Rinaldi

Seminggu yang lalu kita kembali dikejutkan dengan berita seorang mahasiswi Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) prodi anestesi di salah satu kampus negeri di Indonesia ditemukan tidak bernyawa di kamar indekosnya yang di duga bunuh diri setelah ditemukan vial injeksi/suntik obat Roculax dan ditemukan diari yang bersangkutan berkaitan selama menjalani pendidikan yang mendapatkan perundungan.

Betapa mirisnya pendidikan kedokteran kita saat ini, dimana karakter pendidikan dokter yang harus mencetak SDM berkualitas untuk peradaban bangsa malah sebaliknya menjadi saksi rusaknya sistem pendidikan kita. Mau di bawa ke arah mana perubahan bangsa ini?.

Mengejar mimpi untuk menggapai cita-cita merupakan harapan para muda-mudi bangsa. 

Langkah demi langkah dilakukan sedini mungkin tuk menggapainya. 

Setinggi langit sejauh matahari takkan memadamkan sinar-sinar perjuangan. 

Menggambarkan cita cita ibarat lukisan diri di atas canvas tentang masa depan yang akan dijalani. 

Tapi tak terbayangkan beratnya perjuangan itu terhambat dan tersiksa oleh beberapa kondisi yang sungguh menyayat hati bagaimana tidak, impian yang sudah terencana baik akan gambaran masa depan perjalanan hidup akhirnya menjadi begitu berat. 

Sebagian dari generasi penerus itu mau tidak mau, suka tidak suka akhirnya menenggelamkan mimpinya. 

Merujuk data Dirjen Dukcapil, penduduk Indonesia berjumlah 275,36 juta jiwa pada 2022 (Juni). Dari jumlah tersebut, ternyata hanya 6,41% yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi. Rinciannya, D1 dan D2 0,41%, D3 sejumlah 1,28%, S1 sejumlah 4,39%, S2 sejumlah 0,31%, dan hanya 0,02% penduduk yang sudah mengenyam pendidikan jenjang S3. Tergambar jelas wajah generasi kita bagaimana menghadapi realita carut-marut dunia, beratnya perjuangan entah itu dikarenakan biaya, pola pendidikan, hingga ke permasalahan sistem pendidikan.

“Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”, 

kata KBBI. Bagaimana bisa terjadi perubahan sikap dan tata laku seseorang jika yang mendidik bermasalah dalam hal usaha mendewasakan manusia dalam proses pengajaran dan pelatihan. Muncullah kondisi prihatin pendidikan yang pada akhirnya menormalisasi pola pendidikan yang bermasalah secara turun-temurun, yang tidak mampu menjalani di anggap bermasalah secara mental dan pengetahuan.

suatu sistem pendidikan itu terkait satu sama lain dengan sistem yang lainnya, seperti sistem keuangan negara, sistem kesehatan, bahkan sistem politik pemerintahan. Jika sistem pemerintahan ini tidak korup di berbagai sektor, sistem keuangan negara dikelola dari sumber daya alam yang dimiliki secara totalitas, sehingga bisa menghasilkan apbn yang surplus untuk suatu negeri, dengan begitu dapat memberikan anggaran untuk pendidikan dan kesehatan menjadi maksimal. 

Bagaimana pendapatmu?

Post a Comment