Rancangan UU Pilkada: Demi Siapa?

Pembahasan Rancangan Undang-Undang Pemilu oleh Badan Legislasi DPR (Baleg DPR) lagi-lagi bikin heboh. Banyak yang ngeluh, terutama dari kalangan mahasiswa, yang ngerasa revisi ini dilakukan dengan tergesa-gesa dan nggak menghormati putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Padahal, MK udah menurunkan ambang batas pencalonan kepala daerah, tapi DPR malah ngasih penafsiran lain yang dicurigai buat kepentingan politik tertentu. Ini jelas bikin mahasiswa curiga kalau ada yang lagi "main aman" buat Pilkada mendatang.

Nggak cuma itu, mahasiswa juga ngelihat ada upaya buat mempertahankan dominasi partai besar di Pilkada lewat aturan yang memisahkan persyaratan partai politik dengan kursi di DPRD dan tanpa kursi. Mereka ngerasa aturan ini cuma bakal mempersulit partai kecil dan calon independen buat maju. Kalau kayak gini, di mana tuh semangat demokrasi yang inklusif?

Yang bikin panas lagi, Baleg DPR kayak nggak menghormati putusan MK yang seharusnya final dan mengikat. Mahasiswa dan aktivis hukum bilang kalau DPR lagi-lagi lebih fokus buat ngelindungin kepentingan politik daripada memperkuat demokrasi. Makanya, para mahasiswa yang demo nuntut biar revisi UU Pemilu ini dibatalkan atau minimal direvisi ulang biar lebih adil dan demokratis. Mereka juga desak DPR buat lebih transparan dalam proses legislasi dan dengerin suara rakyat, bukan cuma kepentingan segelintir elit.

Gimana Pendapat Kamu?

Post a Comment